Powered By Blogger

Selasa, 26 Juni 2012

Nona Cantik Itu Bernama Mutiara


            Assalamaualaikum, hai, selamat pagi! Ya, di sini saat aku menulis, Yogyakarta masih pagi, jadi ucapan selamatnya selamat pagi ya, tidak masalah bukan? Tapi aku berharap saat kalian membaca tulisanku ini, pagi, siang, sore ataupun malam, kalian dalam keadaan yang selamat, sentosa, tentram dan bahagia ya. Aamin. *senyum manis sama kalian*
Anyway, namaku Mutiara, orang-orang di sekitarku sering memanggilku dengan Mutia. Tapi kalau di rumah, keluargaku, terutama Mama sering memanggiku Pearl. Oh, ya berbeda dengan Mama, Papaku senang sekali menyebut namaku yang panjang jika memanggilku dari kejauhan. Tidak hanya namaku sih sebenarnya nama adik kakakku juga ia panggil seperti itu.

 “Mutiara Hamemayu Bhumi...! Sini nak, Papa punya kue buat kamu!” Entahlah kebiasaan Papa itu sangat kucintai, aku merasa senang dan selalu merindukan panggilan itu setiap saat. Sebab hanya wali kelasku saat memanggil anak-anak untuk di presensi, dan Papa saja yang memanggil nama lengkapku, and guess whatt! Papalah yang memecahkan rekor memanggil nama lengkapku setiap saat. Bagaimana aku tidak merindukan panggilan Papa, jika Papa memanggiku selalu dengan seperti itu. Dan anehnya, Kak Berlian, Bang Sultan dan Dek Intan tidak latah ikut-ikut Papa dan Mama memanggiku dengan sebutan lain, mereka normal memanggiku dengan panggilan Dek Mutia dan Kak Mutia. Hahaha, begitulah keluargaku yang selalu hangat, menyenangkan, dan unyuuu! *pasang senyum manis, mata disipitin*
Oh ya, kalian merasa asing tidak dengan namaku? Atau kalian pernah menemukan nama sepertiku?
“Ya mungkin saja Mutiara, dunia inikan luas, banyaklah yang memiliki nama seperti kamu!”
“Ya ya ya pantulan cermin, aku tau, dan aku paham. Gak usah ngotot gitu deh, biasa aja deh Nona Mutiara!” *jadi ceritanya barusan itu aku ngomong sama cermin, ehe*
 Baiklah, pasti kalian setuju ya banyak yang memiliki nama sepertiku, tapi perkenankanlah aku Mutiara menjelaskan arti dari namaku. Ini aku dapatkan saat aku masih duduk di bangku kelas tujuh SMP. Saat itu aku merasa gelisah, kenapa hal yang sehari-hari aku dengar aku tak tau artinya, aku merasa aku perlu mengetahui hal yang terdekat denganku sebelum mengetahui hal lain yang lebih rumit. Ya seperti namaku mungkin, dan akupun bertanya kepada Mama dan Papa mengenai arti namaku. Saat itu Papalah yang paling bersemangat memnceritakan apa arti namaku sebenarnya. Mutiara Hamemayu Bhumi, memiliki arti yang membuat mataku berbinar-binar saat Papa menceritakan arti namaku yang indah. Yakni mutiara yang membuat cantik dunia.
Cantik ya namaku, alhamdulillah, syukur kepada Allah aku diberikan Mama dan Papa yang begitu menyayangiku hingga dengan baik hati mereka memberikan nama yang indah untukku. Makasih ya Ma, Pa, besok Pearl akan memberi nama yang cantik dan bermakna juga untuk putra-putri Pearl. Biar Mama dan Papa punya cucu yang lucu juga bagus namanya. Hoh, malah salah fokus! Kembali ke pembicaraan semula. Ya begitulah arti namaku yang sungguh bermakna, semoga doa mereka yang tersemat dalam namaku dapat terkabul ya. Amin ya Rabb.
Tentang kata cantik, emmm, beberapa orang sering memanggiku cantik. Entahlah, apa wajahku memang menurun dari Mama yang mirip dengan Astri Ivo, grand ambasadornya jilbab Rabbani itu? Kalau iya, mungkin aku cantik, sebab tak pernah ada orang yang tak berkata bahwa Mama tak cantik. Mungkin lho ya, sebab aku sendiri merasa bahwa aku biasa saja. Setiap kami jalan bersama-sama pasti Mama disangka anak pertama Papa dan Kak Berlian anak ke dua, hahaha, ya, selain cantik mama juga awet muda. Selalu disangka kakak kami ketika jalan bersama. Sebenarnya Papa juga belum terlalu tua sih, tapi tetap saja sudah terlihat tua hahaha, maaf ya Pa, Mutiara Cuma ingin jujur xD.
Ada satu temanku yang benar-benar merubah namaku jadi Cantik. Setiap bertemu denganku pasti ia memanggilku dengan nama Cantik. Namanya Garden, Gardenia, anaknya sangat baik, ramah, menyenangkan, tidak pernah marah, dan ceria sekali sepertiku. Aku senang bersahabat dengannya, kami selalu kompak dalam hal pembicaraan apapun, itulah hal yang membuatku merasa nyaman bila di dekatnya, kecuali..., kecuali panggilan Cantik itu. Sungguh ya, mungkin orang-orang yang tak mengenalku yang melihat kami sedang mengobrol, pasti menebak namaku Cantik, sebab Garden selalu saja memanggilku dengan Cantik, seakan lupa nama asliku Mutiara. Ya baiklah aku biarkan saja dia memanggiku Cantik, toh itu panggilan sayangnya dia ke aku, hanya aku jadi agak rikuh jika dipanggil dengan Cantik.
Kemudian adik tingkatku di kampus, adik dua tingkat di bawahku. Entah kenapa ya, dia selalu memiliki beribu keberanian untuk mendatangiku yang masih di antara gerombolan teman-temanku, dan ia memujiku dengan tatapan yang ujar teman-temanku ‘terpesona’ kepadaku di saat aku selesai keluar kelas dan tak sengaja bertemu dengannya. Namanya Ronald, dia selalu berkata seperti ini.
“Ya ampun Mbak Mutiara, kamu kok cantik banget sih mbaak” Atau saat aku tak ada,  dan ia ngobrol dengan teman-teman dekatku seputar aku. “Mbak Mutiara itu kok bisa cantik banget ya mbak, sejuk banget kalau memandang dia tuh”. Aku tau bukan karena aku KEPO, tapi karena memang teman-temanku selalu bercerita geli padaku jika menyangkut tentang Ronald lucu yang bersemangat membicarakan aku saat aku tak ada. Aku hanya tersenyum, kemudian membalas sapaannya dengan ucapan terimakasih dan lekas berlalu jika Ronald mulai mendatangiku. Aku hanya merasa malu jika Ronald berlebihan seperti itu. Tapi sejujurnya dia orang yang baik.
Di Yogyakarta, keluarga kami memiliki warung Cap Cay favorit yang enak dan tak pernah absen untuk selalu kami datangi. Sebenarnya bukan kami sih, tapi aku. Hehehe. Semuanya memang suka dengan Cap Cay, tapi panggil aku Mutiara si pencinta Cap Cay kuah milik Bu Ning. Haha hampir setiap hari aku makan Cap Cay kuah pedes di Bu Ning, hingga Bu Ning yang ramah sangat hafal denganku, dan selalu memanggilku dari arah kejauhan saat aku akan memasuki pekarangan warungya.
“Eh, Cantik datang, pesen biasa ya? Tunggu bentar ya, antriannya nggak lama kok”.
“Sudah cantik, jadi sama teh anget tadi jadinya tujuh ribu ya, makasih cantik”.
Begitulah Bu Ning memanggilku dengan bersemangat dan tersenyum lebar. Padahal entah kenapa ujar teman-temanku yang pernah beli di Bu Ning, Bu Ning itu memiliki wajah yang sangat jutek jika melayani mereka. Ah, entahlah kalau bersamaku di tersenyum cantik kok. Hahaha, Bu Ning yang baik, terimakasih ya Bu Ning atas senyum spesialnya, Mutiara jadi terharu.
Well, dari semua panggilan yang kumilki, panggilan orang-orang tersayang yang semoga melihatku dan menyayangiku bukan karena paras yang diberikan Allah ini saja, namun juga dari sikapku, tindak tandukku, dan tutur kataku yang berusaha selalu menjadi baik, aku sampai sekarang tetap menyukai nama Mutiara. Semoga namaku yang memiliki doa yang indah ini terkabul ya. Menjadi mutiara yang membuat cantik dunia.
Sebab kecantikan paras wajah ini akan memudar, namun kecantikan jiwa, hati, dan sikap akan tetap abadi dan terkenang. Kecantikan dari dalam, pasti lebih berguna membuat cantik dunia daripada hanya sekedar kecantika wajah yang hanya berujung pada mengindahkan pandangan. Semoga Allah mudahkan harapku ini. Aamin. *tolong aaminkan doa Mutiara ini ya teman-teman ehehehe, Jazakallah* (^____^*)


*Tulisan ini aku tulis seusai ujian Belanda yang bikin jilbabku kriting hahaha! Dan mengetik dengan nyaman di America Corner tempat indah yang seperti rumah yang berada di film Lake House. Semua dindingnya kaca lho! So beautifull, aku menulis sembari melihat ke iringan awan yang bergerak perlahan dan rimbunnya pepohonan di sekitar perpustakaan UGM. Subhanallah. Oh ya, kisah ini terispirasi dari mbak-mbak yang banyak orang berkata ia cantik, beberapa tokohnya nyata. Hahaha, hope this word is wise ^^


Asa G. Lizadi
Yogyakarta, 27 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar