#CeritaKKNbagianpertama
Desa Wanurejo, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, 7 Juli 2012.
Lalu
kami bisa apa?
Itu
adalah kalimat pertama yang ada di dalam pikiranku ketika semuanya menjadi
terasa sedih. Ya ketika kami sampai di tempat KKN dan kami belum memiliki
tempat pondokan untuk dijadikan tempat berteduh selama empat puluh hari di desa
Wanurejo ini.
Jadi,
KKN kami berada di unit 199, di daerah kabupaten Magelang, kecamatan Borobudur,
desa Wanurejo. Dari desa Wanurejo ini yang memiliki banyak Dusun, unit kami
dipecah menjadi empat bagian sub-unit yang masing-masing sub-unit itu terdiri
dari satu kelompok yang berisi 6-7 orang mahasiswa. Pertama kali keputusan Pak
Budi, dosen pembimbing KKN kami, aku, Aga, Sari, Tyas, Reza dan Wildan,
menempatkan aku dan kelima teman-teman seperjuanganku di sub-unit tiga, yakni
di desa Tingal Wetan. Baiklah, dan kamipun berkunjung ke rumah Bapak Dusun,
untuk membicarakan masalah pondokan, kemudian sehari setelah itu, kami
mendapatkan kabar bahwa kami telah mendapatkan rumah pondokan. Berkunjunglah
kami ke rumah yang dimaksud oleh Pak Kadus Tingal Wetan. Sesampainya di rumah
seorang Ibu yang entahlah aku sudah melupakan namanya, kami berbincang dengan
beliau membicarakan perihal bagaimana urusan uang makan, listrik dan air jika
kami tinggal di sana.
JEGEEEER!!
Bagai
disambar halilintar disiang bolong, oh Tuhaaan, sungguh ya, wajahku mungkin
saat itu langsung mlongo keliatan syok. Bukan masalah rumahnya bagaimana atau
seperti apa. Akan aku gambarkan rumah ibu yang entahlah itu dengan sekilas.
Rumah itu bagus, bersih, oke, dan semua terasnya sudah bertegel, kamar mandinya
di dalam rumah, kelihatannya sih baru, pokoknya nyamanlah untuk kita tempati.
Ibunya juga manis saat ngobrol tentang sambutannya atas kedatangan kami ke
sini, ke desa Wanurejo. Tapi semuanya berubah setelah negara api menyerang!
Hoaaah, semuanya berubah ketika ibunya sudah membicarakan uang, hah, bikin aku
mual, sedih, pusing kalau ngingetnya. Kayak tega banget sih itu ibu, sungguh
terlalu. Ya sudah karena kami tidak sanggup untuk membayar sepuluh ribu satu
hari, dan ditambah dengan uang sewa, akhirnya kami memutuskan untuk galau dulu.
-___-“
Sebenarnya
kalau semua sub-unit sama seperti kami, itu bukan hal yang harus dipermasalahkan,
tapi setelah kami berbincang-bincang dengan sub-unit lain, mereka tidak sama seperti
kami, yang berhadapan dengan masalah yang begitu pelik (lebey). Rumah pondokan mereka menerima mereka dengan ramah dan
seperti tamu, untuk masalah ketiga hal tadi (listrik, air, dll), ibu pondokan mereka
bijak dalam menjawabnya, sehingga mereka sebagai mahasiswa yang ingin mengabdi
di masyarakat menjadi merasa dihargai, merasa disayang dan disambut dengan
ramah dan menyenangkan. Kemudian kami, khususnya saya jadi merasa, sedih. Sedih
sekali kenapa pemandangan teman-teman sub-unit lain begitu indah dan
menyenangkan, sedangkan sub-unit kami memulaipun belum. Sedih.
Setelah
galau hampir dua hari, setelah diskusi panjang dengan Bapak, Ibu, teman-teman
sub-unit 3, Pak Budi, dan teman-teman KKN UGM 2012 unit 199, finaly kami
memutuskan untuk pindah. Namun badai itu masih terasa saat Wildan dan Reza
mengajak kami ke tempat pondokan baru kami di dusun Barepan. Saat aku mulai
memasuki pekarangan rumah pak kadus Barepan, sungguh rasanya sedih itu semakin
kuat dan enggan pergi. Beberapa hal mungkin tak enak kuceritakan di sini, namun
ya begitulah waktu itu aku sedih, bahkan aku sempat menangis di kamar mandi
agar sesak ini tak tumpah saat di depan teman-teman.
Dan
kami memulai hidup kami di pondokan baru di dusun Barepan. Subhanallah, sungguh
Allah mengabulkan doaku di hari pertama kami tinggal di pondokan yang hommy ini, ya aku dijauhkan oleh Allah dari rasa
sedih, aku menemukan embah yang begitu perhatian, Bu Titik yang tak hanya
cantik, tapi semua makanan yang ia masak adalah makanan yang tiada duanya
enaknyaaa, Bapak yang sangat baik, ramah, penuh inspirasi, dan sangat baik
sekali karena mau menawarkan, berbagi pasword WIFI rumahnya, Ara putri bungsu
Bu Titik yang lucu, nyimut, unyu, dan teman-teman sub-unit 3 yang saling menyayangi,
mengasihi dan saling menguatkan. Terimakasih ya Allah, ini terlalu indah.
Terimakasih.
Well, inilah
keajaiban di bulan July, ya walaupun kami diuji dengan perkataan teman-teman
kami yang termasuk kejam ketika tidak tau sikon bercanda, yang mana saat itu
kami sedang tertekan belum memiliki pondokan, rasa sesak di hati yang dipenuhi
dengan kesedihan, dan rumah embah yang sedikit berdebu karena embah tinggal
seorang diri di rumahnya, kemudian sudah menjadi bersih bersinar saat kami
membersihkan semuanya berulang kali, kami saat ini, alhamdulillah sangat
bersyukur. Karena kami bersatu di dalam sub-unit 3 ini, karena kami memiliki
karakter yang menyenangkan dan enak untuk diajak berdiskusi masalah program
KKN, teman-teman yang saling kasih-mengasihi dan menguatkan, serta ketua unit
yang luarbiasa ngemong, sayang dan perhatian. Itu luar biasa untuk
kami, sungguh membahagiakan.
Begitulah,
Allah mengabulkan doa-doa kami, doa hati yang benar-benar sungguh memohon yang
terbaik dari-Nya. Doa hati yang berusaha menjadikan diri selalu belajar ikhlas.
Doa hati yang selalu berusaha menjaga perasaan kawan-kawan disekitarnya, dengan
berkatalah yang baik atau diam. Doa hati yang hanya mengharap ridho Allah,
bahwa pemahaman apa yang terjadi di langit dan di bumi telah tertilis di lauhul
mahfudz itu tertanam dalam sanubarinya.
Semangat
KKN, semoga dimudahkan, dilancarkan, dan dijauhkan dari rasa sedih. !Aaamin! ^^
Asa G. Lizadi
Magelang, 9 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar