Powered By Blogger

Minggu, 24 Juni 2012

Safrul Khan dan Sang Idola


“Rul, gila lo fans lo banyak amat bos, gue ampe nggak sanggup bawa ni barang-barang. Ya ampun buset dah, mereka rela antri ngasih ni hadiah sambil antre ke arah gue persis antrean BLT, tiba-tiba aja kantin Bu Jum berasa jadi kantor pos tempat pengambilan Be el te...! Sedikit, tadi gue ngrasa beken banget di antara cewek-cewek , tapi tiba-tiba gue jadi sebel tau hadiah ni cuma buat lo seorang. Gue gak habis pikir sama mereka, diliat-liat ganteng sama kecean gue deh daripada lo!”
Aku mendongak ke arah suara itu. Si Hoski teman dekatku, ngomel-ngomel tak jelas sambil meletakkan barang-barang yang memenuhi tangannya ke arah meja kelasku, lalu tanpa aba-aba aku dan Edgar teman sebangkuku saling berpandangan sembari mengernyitkan dahi kami, sedikit berbisik menggoda Hoski, Edgar berbicara kepadaku sambil menunjukkan wajah geli.

“Rul napa tu anak, dateng-dateng kayak Sunggokong kebakaran jenggot aja" Ujar Edgar menggoda si Hoski yang super geje.
“Jiaaah, emang si Sunggokong punya jenggot Gar? Adanya semua badan Sunggokong jenggot semua kale hahaha!" Balasku tertawa terbahak-bahak bersama Edgar.
Sohibku yang super nggak jelas itu langsung melirik sebal ke arah kami yang belum puas tertawa, kami makin geli melihat tingkah Hoski.
Aku yang merasa diajak bicara oleh Hoski akhirnya bicara,
“Sory bro, becanda-becanda, kaya nggka ngerti gue ma Edgar ajah. Kenapa-kenapa, wuih Bro ni hadiah buat gue semua tuh!"
Weleeeh, karena tadi sibuk menggoda Hoski sampai tak sadar barang-barang yang di bawa Hoski meriah warna kertas kadonya, ada pink love-love, hijau gradasi kuning, ungu kotak-kotak, biru batik, waow!
            Dalam rangka apa ni kok aku dapet hadiah bejibun kaya begini.
            “Ya elah Ruuul, lo pake nanya segala" Hoski gemas saat aku bertanya dalam rangka apa aku mendapatkan begitu banyak hadiah.
            "Pan lo minggu depan ulang taun, ya wajar lah anak-anak pada ngasi hadiah ke lo"
Aku tambah bingung mendengarkan penjelasan Hoski.
“Lah Hos, kan masi minggu depan ultahnya si Safrul, ko hebohnya sekarang tu cewek-cewek" Edgar ternyata juga sepikiran denganku.
Si Hoski menampakan wajah sebal ke arah kami. Lalu dengan wajah sebalnya Hoski menarik kursi yang ada di barisan meja sebelah Edgar lalu duduk di depan Edgar.
“Bro, inget-ingeeet, dua hari lagi kita liburan, pan ni hari kita ke kelas cuma buat bahas final Liga Budi Utomo doang, lo nggak pernah nyadar ya waktu kelas kita maen futsal penonton kita penuh cewek-cewek, nah pan itu semua fans-fans lo rul. Malahan gue denger anak-anak X-8 holic banget ma lo mpe buat fans club 'We Love Safrul Khan' gile lo bener-bener nyaingin gue lo, dan alasan mereka ngasi hadiah-hadiah ini awal, karena mereka tau besok waktu lo ultah kita semua pada liburan, ah lo tuh bener-bener orang beken yang terlalu cuek ya!"
 Toeng!
Aku dan Edgar benar-benar SPECHELESS diam tanpa kata, mendengar penjelasan Hoski yg semangat empat lima.
“Heeemmph.” aku menghela nafas.
Bukanya aku tak tau, bukanya aku buta akan semua sikap cewek-cewek SMA Budi Utomo yang akhir-akhir ini aneh terhadapku, hanya saja aku diam untuk menghindar dari situasi seperti ini,  jujur aku kurang nyaman menjadi orang beken. Hoski datang membawa banyak hadiahpun aku tak begitu kaget, karena sebelumnya aku telah dulu dikagetkan dengan hadiah yang diletakan di kantor Rohis Budi Utomo, dan untungnya aku yang pertamakali menemukanya, dengan kartu ucapan berbentuk bunga tertuju untuku, kalau bukan aku yang menemukanya terlebih dahulu, kan tengsi banget dengan teman-teman Rohis.
Bukan cuma itu, setelah di kantor Rohis aku dikagetkan lagi dengan tiga adik kelasku yang ikut dalam ekstra Paskib Budi Utomo, dengan wajah malaikat mereka memberikan hadiah kepadaku, aku hanya bisa garuk-garuk kepala bingung, sambil berlalu tanpa lupa mengucapkan terimakasih kepada mereka yg menampakan wajah tersipu malu.
Weleeeh.

            Wajah-wajah mereka tiba-tiba lebih mengerikan daripada wajah mamahku saat memaksaku untuk makan Brokoli weeek. Ouugh so scary!
 "Whoooi Safrul Khan, buju buset dah, ni hadiah mau lo apain ni, mending kasi gue aja sini. Coba gue itung dulu dah, ni kado, banyak amat. Satu, dua, tiga, empat, lima...."
Suara Hoski sibetawi gadungan itu memecahkan lamunanku.
Dasar, anak orang Toraja aja sok betawi-betawian.
"Ih waow, gile lo, dapet dua puluh atu kado lo Rul, ngimpi ape lo semalam Rul, Rul." si Hoski masi menunjuk-nunjuk, tanda mengitung hadiah-hadiah itu sembari geleng-geleng.
 Edgar juga tak mau kalah membantu Hoski menghitung hadiah-hadiah yang beraneka macam dan warna-warni bungkusnya itu.
“Salah, nggak cuma dua puluh satu aja, teman..." ujarku sambil membuka tas ransel hitam milikku lalu mengeluarkan satu persatu hadiah yang tadi kudapat. "Jadi total semua gue punya hadiah ada tiga puluh." ujarku dengan senyum mengambang.
Kedua mahluk yang berada di depanku mlongo abis, aku jadi tertawa terbahak-bahak melihat sikap mereka yang shock.
            "Bah, beruntung kali kao Rul, ganteng dapat, body keren, prestasi nasional, suaramu juga bak campuran Afghan Syahreza sama Ridho Roma, alim pula kau Rul, Rul, tak salah lah kalau cewek-cewek pada klepek-klepek sama kao Rul"

Toeng!

Baru nih the real Hoski, bah keluar juga Torajanya anak itu hahaha.

"Hemmmph, tapi semua ini nggak bikin gue nyaman sob" ujarku tak bersemangat melihat seabrek kado memenuhi meja kelasku. " Gue gak nyangka reaksi cewek-cewek segitu antusiasnya ma gue gara-gara Band Kacir minta gue gantiin vokalisnya si Monte, dan menang lagi diaudisi Jinggel Dare" ujarku kepada dua sohibku itu.

Sembari pikiranku melayang flasback saat Band Kacir memintaku menggantikan si Monte vokalis Band Kacir yang kecelakaan dan patah tulang di leher, jadi dia benar-benar harus istirahat total, dan anehnya kenapa mereka meminta aku, untuk membantu mereka? Aku kan hanya vokalis Nasyid jadi-jadian Rohis Budi Utomo, yang bernasyid bila sekolah mengadakan pengajian Isro' Mi'roj saja. Tapi Band Kacir tetap ngotot meminta tolong kepadaku untuk menggantikan Monte. Saat kutanya alasanya kenapa, katanya suaraku se tipe dengan Monte saat aku menyanyikan Nasyid Isro' Mi’roj kemarin. Ternyata waktu itu aku membawakan Nasyid Arruhul Jadid, nasyid yang agak fight dan bersemangat gitu, dan juga karena Band Kacir ingin mempersembahkan kenang-kenangan terindah kepada SMA Budi Utomo tercinta kami, hadiah pertama audisi Jinggel Dare yang diselenggarakan oleh mie instan ternama di Indonesia, yaitu beberapa komputer untuk sarana dan prasaran SMA Budi Utomo.

Bukankah itu juga hal mulia, dan mereka yakin aku tak kan menolak untuk hal kebaikan, alhasil sekarang aku menjadi orang beken, dan karena aku beken terbuka sudah beberapa informasi tentang aku. Aku yang menjadi paskibraka nasional jadi bertambah harum namanya dikalangan cewek-cewek. Padahal waktu itu aku sempat terkenal juga di sekolah-sekolah se Jakarta pusat karena aku lolos seleksi Paskibraka Nasional, yah walau hanya menjadi pasukan 17, dan bukan pasukan 8 yg membawa bendera, aku cukup mengharumkan nama SMA Budi Utomo. Aku cukup bumming dalam kurun waktu dua bulanan lebih, dan seiringnya waktu berlalu aku semakin tenggelam hilang setelah Agustus lewat berganti, September, Oktober, ya..., sampai Juni lagi ini.

Dulu waktu aku beken karena statusku yang Paskibraka Nasional, cewek-cewek tidak seagresif seperti saat ini, dulu mereka terkesan hanya mengagumiku secara diam-diam bisa dibilang secret admirer saja, tapi setelah aku dan Band Kacir mengharumkan lagi SMA Budi Utomo karena menjadi winner audisi Jinggel Dare, para gadis-gadis remaja itu seperti menganggapku artis saja, mybe like Afghan Syahreza atau Ridho Roma kali ya kalau kata Hoski.

            "Ck, ck, ck..."

Hoski geleng-geleng sambil menempelkan punggung tanganya ke arah keningku, lalu berbalik menempelkan ke keningnya sendiri, aku dan Edgar mengernyitkan kening.

“Normal, nggak anget. Ck, ck, ck, Safrul Khan, Safrul Khan, kalau gue jadi lo, gue bakal mempergunakan momen-momen terindah ini sebaik-baiknya, secara ya di mana-mana cewek-cewek pada ngefans ma gue, gue bak artis terkenal yg lg bumming!”

Aku hanya tersenyum mendengar uraian panjang nan membosankan si anak Tana Toraja itu. Edgar teman sebangkuku yang juga pengurus Rohis Butom hanya menyunggingkan senyum geli melihat si Hoski mulai kumat.
“Heeemh, parah, parah, mengenaskan lo mengenaskan, orang beken mengenaskaaan!”
Setelah si Hoski lelah ngomel-ngomel sampai berbusa-busa akhirnya aku bicara.
“Udah nyucinya? Ampe berbusa busa gitu, hahaha!”
Si Hoski langsung nginyem plus manyun sebel.
"Bakat lo Hos buka loundry, busanya melimpah cuy hahaha!"
Canda Edgar menambahi, si Hoski tambah Bimoli, bibir monyong limapuluh centi, hahahaha! Aku tersenyum ke arah dua sohibku.
"Sob setiap manusia punya pendirian, dan gue Muhammad Safrul Sulkhan juga punya pendirian, gue muslim sob."
Kumulai pembicaraan serius ini, Hoski yang Nasrani dan Edgar yang muslim juga mulai tau situasi serius yang ku buat, mereka mendengarkanku dengan seksama.
"Gue tau, gue sadar, dan gue gak muna kalau jadi orang beken tu enak, tapi gue yang muslim ini merasakan hal yang mengganjal di hati dengan fans-fans gue yang bejibun se antero Budi Utomo, gue merasakan ada hal yang tidak tepat di sini."
Hoski mengernyitkan Alis lalu menyela.
"Emang dosa ya Rul di agama lo jadi orang beken?" tanya Hoski polos.
"Enggak Hos, syah-syah aja, toh Rosul gue Nabi Muhammad SAW orang paling beken se dunia, maaf ya Hos sebelumnya" Aku meminta maaf kepada Hoski yang nasrani saat ingin menceritakan ke bekenan Nabi Muhammad SAW. "Lo cari deh buku-buku yang isinya menjelaskan orang terkenal dan ternama di dunia, pasti yang pembahasan pertama di buku itu adalah Nabi Muhammad SAW "
Hoski mangut-mangut, entah apa yg ada dipikiranya.
"So, apa masalahnya kalau gitu, secara Rosul lo juga beken, is'nt wrong bro!"

Ternyata Hoski belum Bottopuas terhadap jawabanku yg belum jelas ini. Aku tersenyum lalu menepuk pundaknya.
"Gue nggak pantas dikagumi melebihi Rosul gue bro, ada yg mengganjal di hati kecil gue, saat temen-temen cewek segitu ngefansnya ma gue, apalagi temen-temen cewek gue yang muslim."
Hoski dan Edgar serius mendengarkan ucapanku, kelasku yang berada di tingkat dua terasa sangat senyap, jadi hanya suara pelanku saja yang terdengar.
"Gue ngerasa mereka seharusnya mempunyai seorang yang dikagumi like Rosululloh SAW, bukan gue, gue bukan siapa-siapa bro dibandingkan beliau. Malu rasanya kalau gue disamakan dengan beliau yang hidupnya tanpa cacat, sempurna."
Aku dan Edgar tersenyum melihat Hoski mangut-mangut ngerti
"Well, itu alasan gue teman, kenapa gue tak nyaman dengan status beken ini, gue nggak pantas sedikitpun untuk itu"
“Gue muslim, dan gue ingin menjadi the real muslim!"
Suasana kelas menjadi tambah senyap. Hoski melempar-lempar pelan kado kecil yang ada di dekatnya.
"Hemmmph, pasti fans-fans lo tambah menggilai lo Rul, kalo ngerti lo sebijak ini hehehe."
Hoski memecahkan kesunyian dengan tawa kambingnya yg terdengar menyebalkan. Edgar terlihat gemas kepada anak Tana Toraja itu, bogem pelan mendarat di bahu Hoski
"Adow!" si Hoski mengaduh sambil komat-kamit tak jelas tanda sebal kepada Edgar.
"Dasar bocah tengil, gue kira lo ngerti si Safrul bicara panjang kali lebar gitu jelasin semuanya."
Hoski tak mau kalah dengan Edgar.
"Yeee, Doraemon, siape bilang gue nggak paham, gue sangat amat paham sekali dengan penjelesan Safrul Khan kita ini, gue malah salut sama ni manusia yang tahan godaan!"
Aku menyela Hoski yg mulai kumat berkicau-kicau.
"Tepatnya berusaha menahan godaan bro...."
"Ya whateverlah apapun itu, intinya Sob, gue terharu punya temen gigih pendirianya kaya lo!" Hoski mulai lebay.
Si Edgar merengut sebal karena disebut Doraemon oleh Hoski, diapun hanya ngomel-ngomel dalam hati.
"Oke-oke I'm a big boy, yeah emang aku bulet kaya Doraemon so what, Doraemon juga lucu, imut, haaa.. gak ada salahnya kan?!"
Aku tertawa geli melihat tingkah duo sohibku yang super heboh ini, apa lagi melihat si Edgar yang sepertinya sedang berbicara sendiri di dalam hati, dasar aneh.
"Ahaaa, gue punya ide, gimana kalo ni hadiah kita bagi bertiga!"
Wajah Hoski dan Edgar langsung sumringah, senyum lebarpun mengembang di kedua bibir mereka. Hoski malah berlebihan sampai unjuk gigi segala, saat ku katakan akan membagi hadiah-hadiah ini, dasar Hoski si senyum kambing.
"Wuaaah mau, mau, mauuuu!"
Si Hoski dan Egdar mulai heboh memilah-milih hadiah yang ada dimeja ini.
Akhirnya siang itu aku memutuskan membagi semua hadiah-hadiah itu kepada sahabatku Hoski dan Edgar. Setiap dari kami mendapatkan sepuluh hadiah. Gelak tawa memenuhi kelas walau hanya ada kami bertiga. Heemmmph, aku berbisik dalam hati. Aku Muhammad Safrul Sulkhan tak pantas didambakan seperti engkau ya Rosul, aku tak pantas.

-Selesai-

*Cerpen ini adalah cerpen awal ketika saya berkuliah di UGM, terlihat bukan dari ceritanya, tentang masa-masa sekolah di SMA hahaha. Tokoh-tokoh yang saya ambil terinspirasi dari teman saya sendiri bahkan teman adik laki-laki saya Brian, dan beberapa tetangga dekat rumah. Oh ya, Ibu kantin yang bernama Bu Jum juga terinspirasi dari Ibu kantin di SMA 1 Magelang ^^

Asa G. Lizadi
Yogyakarta,  18 Juni 2009

5 komentar:

  1. hoalah, pantesan.. ketawa geli aku waktu nama Bu Jum keluar, hihihi.. ^^

    tapi kok Asa tahu Bu Jum?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mhihihi, tau dong aku kan pernah jajan di sana juga. Kan, banyak temen SMA 1 yang akhwat, jadi sering diceritain tentang Bu Jum juga hehehe. Jadi teringat Bu Jum ya bang xD

      Hapus
    2. iya, kl lagi libur dan maen ke SMANSA aku mesti sempetin jajan di kantin. Terkadang bisa begitu takjub bahwa cukup dengan 10-an ribu rupiah itu udah bisa jajan banyak, kenyang dan ga habis-habis duitnya,hahaha.. =D

      Hapus
    3. Haha iya ya di sekitar UI jajannya mahal-mahal ya? Kalau di Jogja sih masih standar, jadi sepuluh ribu itu masih bisalah jajan banyak tapi ya nggak sebanyak pas kita SMA hahaha :D

      Hapus
    4. he'em, agak lumayan kalo di dalam kampus. Kalo di luar kampus ya warteg, warkop atau minimart yang jadi tempat berlabuh, hihihi..
      Tapi kalo dipikir-pikir, SMA tu emang masa jaya buat jajan. Pagi sarapan di rumah, istirahat bisa "investasi" di kantin sekolah, siang atau sore udah menyapa masakan Bunda dengan bumbu cinta.. ^^

      Hapus