Powered By Blogger

Jumat, 08 Juni 2012

Haru Biru Hati Fatimah


Ini bukan kali pertamanya aku kembali jatuh hati kepadamu Ali, ini adalah yang beribu kali. Aku mengenalmu telah lama, mungkin saat aku membuka mata di dunia ini aku telah melihatmu, mengenalmu, dan jatuh hati padamu. Ya jika memang itu mengungkapkan dan mewakili bahwa aku mengenalmu dan jatuh hati kepadamu sejak lama. Aku telah mendengar kisahmu yang seperti pahlawan besar. Menolong Ayah saat ayah dikejar oleh orang-orang yang berniat jahat dan tak menyukainya. Kau menolong Ayah, menyelamatkan hidup Ayah, padahal waktu itu kau masih sangat belia. Kisahmu itu seperti pahlawan di mataku Ali, dan sejak saat itu aku mulai mengagumimu. Kau pahlawanku.

Kau laki-laki pekerja keras, semua orang tau itu. Dibalik senyummu yang ramah, tawamu yang riang, dan semua tindak-tandukmu yang lembut bak seorang penyayang ulung. Kau  adalah lelaki tegas dalam mengambil keputusan yang pernah kutau. Walau kadang aku mengetahui sedikit sisi kekanak-kanakanmu yang tak bisa kutolerir, sebab benar-benar terlalu dan sudah kurang pantas untuk usiamu yang memasuki fase dewasa. Seperti bercanda dengan berlebihan bersama sahabatmu, bahkan sampai bernegosiasi dengan teman yang lain, untuk bertukar piring dengan makanan yang lebih banyak porsinya dari piringmu. Haha, itu lucu dan kekanak-kanakan bukan? Aku tak tau kau hanya bercanda atau itu memang benar adanya. Tapi itu tak enak untuk di pandang Ali. Kau sudah besar, dewasa, dan berwibawa adalah pilihan yang tepat untukmu saat ini. Aku tidak menghakimimu, aku hanya mengungkapkan saja apa yang selama ini mengganjal di hatiku. Kau adalah Ali yang indah, jika ditambah dengan sikap yang berwibawa. Aku tak berdusta.

Tentu aku tau Ali, saat beribu perempuan mengagumimu. Aku tidak buta, dan aku sadar kau memang sosok yang pantas untuk dikagumi. Aku tidak pernah cemburu akan hal ini, mungkin. Bahkan aku akan menjadi pendukungmu jika memang ada salah satu perempuan dari ribuan yang mengagumimu, yang memang telah Allah jodohkan denganmu. Ya, walau aku tak tau bagaimana rupaku saat datang di pernikahan syahdumu kelak.

Oh ya, mengenai kata cemburu, aku tak memiliki hak apapun untuk sedikit merasakan kata cemburu itu bukan? Sebab aku memang hanya seorang Fatimah yang mengheningkan cinta untukmu. Mungkin memang wajar saat cemburu itu datang, sebab rasa ini telah ada sejak dahulu, namun kembali lagi kepada hakikat semula dalam mencintai. Sebermula aku jatuh hati kepadamu sebab Allah yang memberikannya di hatiku, maka jika memang Allah tak menghendaki rasa ini membersamai hidupku. Aku mafhum.

Ali, aku menutupi rasaku padamu, hingga aku berharap setanpun tak mengetahuinya. Bukankah cinta ini fitrah, anugrah terindah dari Allah yang harus ku jaga? Maka sejak awal aku menyadari rasa ini padamu, sejak aku masih kecil, aku akan menjaganya, hingga bila memang Allah menjodohkanku dengan lelaki lain sebaik engkau Ali, maka rasa yang telah lama aku heningkan ini dapat kuhapus hingga..., ya, hingga setanpun tak tau. Namun jika memang Allah menuliskan jodohku di Lauhul mahfudz itu adalah namamu, syukur tak terperi aku panjatkan selalu pada sang maha pemilik hati dalam setiap cinta. Syukurku pada Rabbul izzati pemilik setiap rasa di dalam hati.

Yang kutau Ali, saat ini, saat aku menjaga hatiku dari rasaku padamu. Rasa itu tumbuh berkali-kali. Sepertinya musim semi ini, selalu datang lebih lama daripada musim gugur. Bunga-bunga itu tumbuh, dan harumnya semerbak memenuhi ruang-ruang kosong dalam hatiku.

Engkau lelaki baik, solih, dan riang yang pernah ku kenal, semoga engkau pernah mendengar ini ya. Aku yakin jika jodoh kita yang telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz tak akan tertukar. Kelak kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Ada dua jalan untuk bertemu. Jalan akhsan dan jalan yang Allah tak menyukainya. Jika kita memilih jalan akhsan sebagai seorang hamba yang ingin disayang Tuhan, maka jodoh kitapun seperti pantulan cermin yang berada di depan kita. Ia juga akan memilih jalan akhsan untuk melepas rindunya dalam ikatan suci pernikahan dengan kita. Namun sebaliknya juga dengan pilihan memilih jalan yang Allah tak menyukainya. Kitapun akan dipertemukan dengan jodoh kita dengan cara yang sama saat kita mencarinya.

Kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Tinggal kita memilih jalan mana yang akan kelak kita lalui. Engkau Ali, aku jatuh hati padamu sedari dulu. Namun sebelum itu aku telah mencintai Allah lebih dari apapun. Aku percaya, bahwa apa yang Allah rencanakan untukku adalah yang terbaik. Aku Fatimah, memang jatuh hati padamu, berkali-kali, namun izinkan aku untuk selalu mengheningkannya. Hingga kelak, biarlah Allah yang menyampaikannya kepada hati yang tepat. Entah engkau, entah siapa.




The most inspiration of the silence love.
Fatimah Azzahra & Ali bin Abi Tholib.


Yogyakarta, 19 Rajab 1433 H


8 komentar:

  1. andai dunia tahu, andai para pujangga Eropa sadar, andai para pengagum romantisme pernah membaca kisah ini, sungguh Romeo dan Juliet bukanlah cerita cinta yang pantas diagungkan dibanding Ali dan Fatimah..

    BalasHapus
  2. Iya Bang Iwan ^^ *angguk-angguk setuju*

    BalasHapus
  3. lagi nunggu jodoh juga nih namun belum ada yang cocok -__-

    BalasHapus
  4. so sweet yaaa Fatimah -Ali ituuu :'3

    BalasHapus
  5. makasih yaa mbak Asa tulisannya...indah sekali... :)
    bolehkah saya reblog tulisan ini di blog saya? saya akan sertakan link ke blog ini sebagai sumbernya...

    BalasHapus