Powered By Blogger

Rabu, 16 Juli 2014

Engkau Boleh Jatuh Cinta Nak...

Sayangku, anak laki-lakiku yang gagah... Bunda tau kelak engkau akan melanglang buana menuju cita-citamu yang telah kau impikan sejak dahulu, menggapai harapan yang telah kau gantung tinggi, bertemu banyak orang hebat dan tentunya bertemu dengan gadis yang membuatmu terbayang kepayang olehnya.

Sayang..., boleh bunda menitipkan harap bunda kepadamu? Bunda tau kelak engkau akan bertemu dengannya, akan jatuh hati kepadanya, akan terusik bahagia karenanya, akan...., begitu berdesir begitu bertemu dengannya.
Lalu tanpa sadar atau sangat sadar engkau mendekat kepadanya dengan cara yang menurutmu indah. Boleh Bunda berharap kepadamu, ia yang akan engkau kenalkan kepada Bunda ialah ia yang baik menjadi ibu untuk cucu-cucu Bunda kelak. Yang mengajarkan tutur mulia dari bibir indahnya, yang memeluk hangat penuh sayang keluarganya, dan yang menurutmu Bunda akan merasa nyaman di dekatnya seperti bunda nyaman berada di dekatmu. :)


Kau boleh jatuh cinta nak, tapi yang utama sebelum kau merajut perasaaan bunga-bunga cinta itu, iman ialah yang paling pertama di atas segalanya, atas dasar agamalah engkau memilihnya.

Kau tau nak, Ayah dan Bunda telah lama berkawan, tapi kami sama-sama tidak pernah tau kelak kami akan bersama, menikah dan bertemu denganmu di kehidupan kami. Bunda tidak pernah membayangkan teman yang selama ini selalu biasa sikapnya, mengajak Bunda menikah, pun Ayahmu juga tidak pernah menyangka ajakannya menikah dengan Bunda akan diterima.

Sampai kamipun bertemu dihari pertama kami dapat berbincang mesra. Ya, saat itulah pertama kali Ayah menyatakan perasaannya kepada Bunda. Setelah sekian lama ia diam dalam cinta. Kau tau nak, Bunda pun begitu juga, mengheningkan cinta kepadanya. Dan..., kamipun tertawa bersama saling menggoda tentang kami yang pandai sekali berakting menyembunyikan rasa. Begitulah nak pada akhirnya diam ini benar-benar menjadi hadiah terbaik untuk kami dari Tuhan.

Kau boleh jatuh cinta, rasakanlah, sebah itu anugrah dari Tuhan, harap Bunda engkau berwibawa dalam mencintainya. Kisah Ayah Bunda, kisah Sayyidina Ali dan Fatimah adalah sedikit pelajaran untukmu menyikapai cinta yang hadir itu.

Ya, bersikap gagahlah saat mencintainya. Jika kau siap meminangnya sampaikan kepada Bunda dan Ayah. Jika kau belum sampai kepada tekadmu untuk melamarnya, maka ada baiknya engkau memupus perasaan cintamu itu dengan kesibukanmu yang membuat lupa kepadanya bahkan menjauh darinya. Itu aman untukmu, untuk hatimu.

Sebab siapapun nama yang tertuliskan di lauh mahfudz sana, ialah nama tercantik, terindah, terbaik untumu kelak. Percayalah....


-Bunda yang selalu mencintaimu dan akan selalu mencintaimu selamanya.
Asa G. Lizadi 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar