Dan perbincangan itu bermula ketika...
Seperti biasa pagi itu, adalah pagi yang cerah, mentari pagi dengan senyum terhangatnya menyinari kompleks perumahan kami yang bergayakan arsitektur tua peninggalan Belanda. Senyum ceria serta tawa bersautan juga menyinari anak-anak kecil yang pagi hari ini telah bangun dan menemani Mama mereka bersih-bersih dan menyapu halaman depan rumah, tentunya pagi hari itu mereka masih dalam keadaan belum mandi dan menggunakan baju tidur yang mereka kenakan tadi malam. Tapi apapun itu, mereka belum mandi atau mereka masih menggunakan popok pampers yang menggelembung disebabkan sisa buang air kecil mereka malam tadi, anak kecil tetaplah anak kecil, yang selalu lucu dan menggemaskan walau bau mereka masih kecut dan aceeem. Mereka tetaplah malaikat yang memiliki mata berbinar dan mantra ajaib di setiap kata yang mereka ucapkan, membuat siapa saja yang di dekatnya menjadi hilang gundahnya, lenyap sedihnya, dan tertuntun memasuki dunia gembira cerah nan ceria. Ah, itukan menurutku entah menurut kalian, sebab aku telah membuktikannya, dan itu berguna sekali untuk aku yang kala itu pernah dihampiri mendung kelabu.
Kembali pada pagi hari di kala itu. Nah, begitupun aku, yang selalu memulai rutinitas 'berbakti kepada orang tua' saat di rumah dengan menyapu halaman yang rindang dan teduh oleh pohon kelengkeng yang tak sengaja tumbuh di depan rumah saat kami pindahan dari Ambon ke Magelang tahun 1995. Aku menyapu halaman, menyirami tanaman, mengemburkan tanah dalam pot-pot tanaman hijau, dan mengambil daun-daun kuning yang telah layu pada tanaman-tamanam kesayangan Ibu, bersama dengan para tetangga sekitar rumah yang melakukan rutinitas yang sama di halaman rumah mereka masing-masing.
Sudah menjadi kebiasaan, saat aku belum menyelesaikan pekerjaanku, tiba-tiba tetangga sebelah rumah yang baik hati, Bulek Tohari, Ibu dari sahabatku Nina, memanggilku, untuk melihat apa yang ia tunjuk. Cucunya yang masih kecil, si Tifa yang manis lagi menggemaskan mengikuti gerak Utinya yang menunjuk ke arah atas pohon mangga di depan rumah mereka.
"Mbak Itaaa, icuuu, di acas, mangga manis, mangga manis!" Ujar Tifa menunjuk-nunjuk atas.
Kemudian singkat cerita, ya seperti pagi hari biasanya yang menyenangkan, Bulek Tohari mengambil sengget dan memetik banyak sekali mangga untukku, Fayris dan Lala, ujarnya selalu saat mengambil satu persatu mangga yang pohonnya tinggi menjulang yang tak pernah kutau apa namanya.
"Untuk Mbak Pita, Fayris dan Lala yaaa, mumpung mbak Pita pulang ke rumah"
Pohon mangga yang rindang, tinggi, gagah menjulang itu benar-benar pohon mangga yang sangat baik. Ia memberikan buah yang manis lagi tebal dagingnya pada kami. Aku selalu berterimakasih kepada Tifa yang lucu dan Bulek Tohari ketika mereka dengan baiknya selalu menyempatkan pagi mereka saat aku pulang ke rumah untuk mengambilkan buah mangga yang termanis di dunia itu. Hahahaha, sungguh aku tak bohong, manisnya tiada duanya. Serta aku juga selalu berterimakasih banyak pada buah mangga yang tak kutau jenis dan namanya apa, terimakasih karena telah berbuah dengan manis dan enak. Engkau baik sekali Mangga gagah nan tinggi, engkau baaaik sekali. *pukpukpuk pohon mangga manis depan rumah Bulek Tohari* ^^
Ibu yang menunggu tukang sayur lewatpun keluar dari rumah. Aku yang melihat Ibu mendekati kami, sesegera mungkin memamerkan mangga-mangga yang bulek Tohari dan aku petik baru saja itu dengan gembira. Ibu tersenyum senang melihatku bersemangat memamerkan mangga-mangga ranum yang warnannya bergradasi antara hijau dan merah segar. Dengan semangat aku berkata kepada ibu.
"Buk, ibuk, aku ingin sekali, kelak kalau memiliki rumah, punya pohon mangga semanis ini buk!"
Ibu tersenyum lagi melihat efek euforiaku yang bahagia karena menemukan pohon mangga sebaik pohon mangga milik bulek Tohari.
"Kalau Ibu ingin sekali menanam pohon Kersen mbak, di depan rumah ini, dan melihat Tifa" Ibu menggendong Tifa, "Fayris dan Lala bergembira, dan saling merundingkan bagaimana caranya mengambil- kersen-kersen yang merah-ranum-ranum itu, pasti lucu sekali, iya tidak Tifa?" Tifa yang diajak bicara oleh Ibu hanya tersenyum senang saat ibu menggoyang-goyangkan gendongannya agar Tifa tersenyum.
Ah iya ya, pasti menyenangkan juga kalau ada pohon kersen, cherry, atau orang-orang sering menyebutnya talok di halaman rumah kami. Pohon yang tidak terlalu lama tumbuh kembangnya, serta buahnya yang kecil-kecil, merah-merah, lagi manis, membuat anak kecil senang dan bersemangat saat memetiknya. Ya, aku yakin jika mereka tidak suka dengan buahnya pun, mereka pasti senang saat bergembira bersama teman-temannya ketika memetik buah itu dari pohonnya yang tidak terlalu tinggi.
Jadi begitulah perbincangan tentang rumah impianku dengan ibu pagi itu, aku ingin sekali memiliki pohon mangga yang manis sekali buahnya di depan rumahku kelak. Memetiknya bersama suami dan putra-putriku, membagikannya kepada sanak-saudara dan tetangga. Mempersilahkan tamu untuk mengambil mangga manis kami, dan melakukan hal-hal menyenangkan di bawah pohon mangga yang rindang itu kelak. Ah, pasti menyenangkan.
Ibu pun berpikiran sama denganku, ingin sekali memiliki sebuah pohon yang ia impikan ada di halaman rumahnya, pohon kersen yang lebat buahnya, kemudian melihat riang putri-putri kecilnya dan teman-temannya memetik buah kersen. Banyak anak kecil yang berdatangan meminta izin kepadanya untuk memetik pohon kersennya, dan banyak hal lain yang dibayangkan ibu yang tidak diceritakan satu persatu denganku. Aku yakin ibu memiliki impian yang menyenangkan dengan pohon kersen itu. Aku yakin.
Seperti halnya impian ibu yang ingin memiliki rumah di dekat masjid, menanam pohon kersen di depan rumahnya, impianku yang ingin memiliki pohon mangga manis di depan rumahku, dan impian-impian lainnya yang belum kami ceritakan satu persatu, kami yakin suatu saat impian yang sudah aku tulis di sebuah list impian itu akan aku coret satu persatu sebab telah terwujudkan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya mencoba menuliskan hal-hal yang kita inginkan, agar kelak suatu saat dengan senyum mengembang kita akan mencoret impian-impian itu. Impian yang telah terlaksana dan terwujudkan. Pun, jangan lupa tulis juga impian tentang pohon apa yang ingin kita tanam di rumah surga kita. Sepertinya akan mengasyikkan sekali bila itu dilakukan. Ayo kita buktikan! ^^
Aamiin.
Pohon mangga manis, asiiiik! \^^/
Asa G. Lizadi
Yogyakarta, 7 November 2012
Hadiah kecil sebelum Ibu ulang tahun tanggal 13 November.
Yakni menuliskan tentang pohon impian kami di sini.
wah aku juga boleh nebeng bermimpi ukht.... kalau Hari pengen punya kebun strawberry pasti menyenangkan setiap sore bersantai di teras rumah sambil memandang strawberry yang merah-merah... segar...:)
BalasHapusSiiip, semangat ukh! :D :D :D
BalasHapusditmptku tggl ada byk pohon zaitun dn skrang lg musim panen, aku suka lembah alhamdulillah disini lembahnya indah
BalasHapuspls komen my blog n follow aku sdh follow blogmu
Iya akan saya folow, Masyallah,iyaaa lembahnya indah, saya sudah lihat di blog mu ^_^
Hapus