“Rul,
gila lo fans lo banyak amat bos, gue ampe nggak sanggup bawa ni barang-barang.
Ya ampun buset dah, mereka rela antri ngasih ni hadiah sambil antre ke arah gue
persis antrean BLT, tiba-tiba aja kantin Bu Jum berasa jadi kantor pos tempat
pengambilan Be el te...! Sedikit, tadi gue ngrasa beken banget di antara cewek-cewek
, tapi tiba-tiba gue jadi sebel tau hadiah ni cuma buat lo seorang. Gue gak
habis pikir sama mereka, diliat-liat ganteng sama kecean gue deh daripada lo!”
Aku
mendongak ke arah suara itu. Si Hoski teman dekatku, ngomel-ngomel tak jelas
sambil meletakkan barang-barang yang memenuhi tangannya ke arah meja kelasku, lalu
tanpa aba-aba aku dan Edgar teman sebangkuku saling berpandangan sembari
mengernyitkan dahi kami, sedikit berbisik menggoda Hoski, Edgar berbicara
kepadaku sambil menunjukkan wajah geli.
“Rul
napa tu anak, dateng-dateng kayak Sunggokong kebakaran jenggot aja" Ujar
Edgar menggoda si Hoski yang super geje.
“Jiaaah,
emang si Sunggokong punya jenggot Gar? Adanya semua badan Sunggokong jenggot semua
kale hahaha!" Balasku tertawa terbahak-bahak bersama Edgar.
Sohibku
yang super nggak jelas itu langsung melirik sebal ke arah kami yang belum puas
tertawa, kami makin geli melihat tingkah Hoski.
Aku
yang merasa diajak bicara oleh Hoski akhirnya bicara,
“Sory
bro, becanda-becanda, kaya nggka ngerti gue ma Edgar ajah. Kenapa-kenapa, wuih
Bro ni hadiah buat gue semua tuh!"
Weleeeh,
karena tadi sibuk menggoda Hoski sampai tak sadar barang-barang yang di bawa
Hoski meriah warna kertas kadonya, ada pink
love-love, hijau gradasi kuning, ungu kotak-kotak, biru batik, waow!
Dalam rangka apa ni kok aku dapet
hadiah bejibun kaya begini.
“Ya elah Ruuul, lo pake nanya
segala" Hoski gemas saat aku bertanya dalam rangka apa aku mendapatkan
begitu banyak hadiah.
"Pan
lo minggu depan ulang taun, ya wajar lah anak-anak pada ngasi hadiah ke
lo"
Aku
tambah bingung mendengarkan penjelasan Hoski.
“Lah
Hos, kan masi minggu depan ultahnya si Safrul, ko hebohnya sekarang tu cewek-cewek"
Edgar ternyata juga sepikiran denganku.
Si
Hoski menampakan wajah sebal ke arah kami. Lalu dengan wajah sebalnya Hoski
menarik kursi yang ada di barisan meja sebelah Edgar lalu duduk di depan Edgar.
“Bro,
inget-ingeeet, dua hari lagi kita liburan, pan ni hari kita ke kelas cuma buat
bahas final Liga Budi Utomo doang, lo nggak pernah nyadar ya waktu kelas kita
maen futsal penonton kita penuh cewek-cewek, nah pan itu semua fans-fans lo rul. Malahan gue denger
anak-anak X-8 holic banget ma lo mpe
buat fans club 'We Love Safrul Khan'
gile lo bener-bener nyaingin gue lo, dan alasan mereka ngasi hadiah-hadiah ini
awal, karena mereka tau besok waktu lo ultah kita semua pada liburan, ah lo tuh
bener-bener orang beken yang terlalu cuek ya!"
Toeng!
Aku
dan Edgar benar-benar SPECHELESS diam
tanpa kata, mendengar penjelasan Hoski yg semangat empat lima.
“Heeemmph.”
aku menghela nafas.
Bukanya
aku tak tau, bukanya aku buta akan semua sikap cewek-cewek SMA Budi Utomo yang
akhir-akhir ini aneh terhadapku, hanya saja aku diam untuk menghindar dari
situasi seperti ini, jujur aku kurang
nyaman menjadi orang beken. Hoski datang membawa banyak hadiahpun aku tak
begitu kaget, karena sebelumnya aku telah dulu dikagetkan dengan hadiah yang
diletakan di kantor Rohis Budi Utomo, dan untungnya aku yang pertamakali
menemukanya, dengan kartu ucapan berbentuk bunga tertuju untuku, kalau bukan
aku yang menemukanya terlebih dahulu, kan tengsi
banget dengan teman-teman Rohis.
Bukan
cuma itu, setelah di kantor Rohis aku dikagetkan lagi dengan tiga adik kelasku
yang ikut dalam ekstra Paskib Budi Utomo, dengan wajah malaikat mereka
memberikan hadiah kepadaku, aku hanya bisa garuk-garuk kepala bingung, sambil
berlalu tanpa lupa mengucapkan terimakasih kepada mereka yg menampakan wajah
tersipu malu.
Weleeeh.
Wajah-wajah mereka tiba-tiba lebih mengerikan daripada wajah mamahku saat memaksaku untuk makan Brokoli weeek. Ouugh so scary!
"Whoooi Safrul Khan, buju buset dah, ni
hadiah mau lo apain ni, mending kasi gue aja sini. Coba gue itung dulu dah, ni
kado, banyak amat. Satu, dua, tiga, empat, lima...."
Suara
Hoski sibetawi gadungan itu memecahkan lamunanku.
Dasar,
anak orang Toraja aja sok betawi-betawian.
"Ih
waow, gile lo, dapet dua puluh atu kado lo Rul, ngimpi ape lo semalam Rul, Rul."
si Hoski masi menunjuk-nunjuk, tanda mengitung hadiah-hadiah itu sembari
geleng-geleng.
Edgar juga tak mau kalah membantu Hoski menghitung
hadiah-hadiah yang beraneka macam dan warna-warni bungkusnya itu.
“Salah,
nggak cuma dua puluh satu aja, teman..." ujarku sambil membuka tas ransel
hitam milikku lalu mengeluarkan satu persatu hadiah yang tadi kudapat. "Jadi
total semua gue punya hadiah ada tiga puluh." ujarku dengan senyum
mengambang.
Kedua
mahluk yang berada di depanku mlongo abis, aku jadi tertawa terbahak-bahak melihat
sikap mereka yang shock.
"Bah, beruntung kali kao Rul,
ganteng dapat, body keren, prestasi nasional, suaramu juga bak campuran Afghan
Syahreza sama Ridho Roma, alim pula kau Rul, Rul, tak salah lah kalau cewek-cewek
pada klepek-klepek sama kao Rul"
Toeng!
Baru nih the real Hoski, bah keluar juga Torajanya anak itu hahaha.
"Hemmmph, tapi semua ini nggak
bikin gue nyaman sob" ujarku tak bersemangat melihat seabrek kado memenuhi
meja kelasku. " Gue gak nyangka reaksi cewek-cewek segitu antusiasnya ma
gue gara-gara Band Kacir minta gue gantiin vokalisnya si Monte, dan menang lagi
diaudisi Jinggel Dare" ujarku
kepada dua sohibku itu.
Sembari pikiranku melayang flasback saat Band Kacir memintaku
menggantikan si Monte vokalis Band Kacir yang kecelakaan dan patah tulang di
leher, jadi dia benar-benar harus istirahat total, dan anehnya kenapa mereka
meminta aku, untuk membantu mereka? Aku kan hanya vokalis Nasyid jadi-jadian
Rohis Budi Utomo, yang bernasyid bila sekolah mengadakan pengajian Isro' Mi'roj
saja. Tapi Band Kacir tetap ngotot meminta tolong kepadaku untuk menggantikan
Monte. Saat kutanya alasanya kenapa, katanya suaraku se tipe dengan Monte saat
aku menyanyikan Nasyid Isro' Mi’roj kemarin. Ternyata waktu itu aku membawakan
Nasyid Arruhul Jadid, nasyid yang agak fight
dan bersemangat gitu, dan juga karena Band Kacir ingin mempersembahkan
kenang-kenangan terindah kepada SMA Budi Utomo tercinta kami, hadiah pertama
audisi Jinggel Dare yang diselenggarakan oleh mie instan ternama di Indonesia, yaitu
beberapa komputer untuk sarana dan prasaran SMA Budi Utomo.
Bukankah itu juga hal mulia, dan
mereka yakin aku tak kan menolak untuk hal kebaikan, alhasil sekarang aku
menjadi orang beken, dan karena aku beken terbuka sudah beberapa informasi
tentang aku. Aku yang menjadi paskibraka nasional jadi bertambah harum namanya
dikalangan cewek-cewek. Padahal waktu itu aku sempat terkenal juga di sekolah-sekolah
se Jakarta pusat karena aku lolos seleksi Paskibraka Nasional, yah walau hanya
menjadi pasukan 17, dan bukan pasukan 8 yg membawa bendera, aku cukup
mengharumkan nama SMA Budi Utomo. Aku cukup bumming dalam kurun waktu dua
bulanan lebih, dan seiringnya waktu berlalu aku semakin tenggelam hilang
setelah Agustus lewat berganti, September, Oktober, ya..., sampai Juni lagi ini.
Dulu waktu aku beken karena statusku yang Paskibraka Nasional, cewek-cewek tidak
seagresif seperti saat ini, dulu mereka terkesan hanya mengagumiku secara
diam-diam bisa dibilang secret admirer
saja, tapi
setelah aku dan Band Kacir mengharumkan lagi SMA Budi Utomo karena menjadi winner audisi Jinggel Dare, para
gadis-gadis remaja itu seperti menganggapku artis saja, mybe like Afghan Syahreza atau Ridho Roma kali ya kalau kata Hoski.
"Ck, ck, ck..."
Hoski geleng-geleng
sambil menempelkan punggung tanganya ke arah keningku, lalu berbalik
menempelkan ke keningnya sendiri, aku dan Edgar mengernyitkan kening.
“Normal, nggak anget. Ck,
ck, ck, Safrul Khan, Safrul Khan, kalau gue jadi lo, gue bakal mempergunakan
momen-momen terindah ini sebaik-baiknya, secara ya di mana-mana cewek-cewek
pada ngefans ma gue, gue bak artis
terkenal yg lg bumming!”
Aku hanya tersenyum
mendengar uraian panjang nan membosankan si anak Tana Toraja itu. Edgar teman
sebangkuku yang juga pengurus Rohis Butom hanya menyunggingkan senyum geli melihat
si Hoski mulai kumat.
“Heeemh, parah, parah,
mengenaskan lo mengenaskan, orang beken mengenaskaaan!”
Setelah si Hoski lelah
ngomel-ngomel sampai berbusa-busa akhirnya aku bicara.
“Udah nyucinya? Ampe berbusa
busa gitu, hahaha!”
Si Hoski langsung
nginyem plus manyun sebel.
"Bakat lo Hos buka
loundry, busanya melimpah cuy
hahaha!"
Canda Edgar menambahi,
si Hoski tambah Bimoli, bibir monyong limapuluh centi, hahahaha! Aku tersenyum
ke arah dua sohibku.
"Sob setiap
manusia punya pendirian, dan gue Muhammad Safrul Sulkhan juga punya pendirian,
gue muslim sob."
Kumulai pembicaraan
serius ini, Hoski yang Nasrani dan Edgar yang muslim juga mulai tau situasi
serius yang ku buat, mereka mendengarkanku dengan seksama.
"Gue tau, gue
sadar, dan gue gak muna kalau jadi orang beken tu enak, tapi gue yang muslim
ini merasakan hal yang mengganjal di hati dengan fans-fans gue yang bejibun se
antero Budi Utomo, gue merasakan ada hal yang tidak tepat di sini."
Hoski mengernyitkan
Alis lalu menyela.
"Emang dosa ya Rul
di agama lo jadi orang beken?"
tanya Hoski polos.
"Enggak Hos,
syah-syah aja, toh Rosul gue Nabi Muhammad SAW orang paling beken se dunia,
maaf ya Hos sebelumnya" Aku meminta maaf kepada Hoski yang nasrani saat
ingin menceritakan ke bekenan Nabi
Muhammad SAW. "Lo cari deh buku-buku yang isinya menjelaskan orang
terkenal dan ternama di dunia, pasti yang pembahasan pertama di buku itu adalah
Nabi Muhammad SAW "
Hoski mangut-mangut,
entah apa yg ada dipikiranya.
"So, apa
masalahnya kalau gitu, secara Rosul lo juga beken, is'nt wrong bro!"
Ternyata Hoski belum puas terhadap jawabanku yg belum jelas ini. Aku tersenyum
lalu menepuk pundaknya.
"Gue nggak pantas
dikagumi melebihi Rosul gue bro, ada yg mengganjal di hati kecil gue, saat
temen-temen cewek segitu ngefansnya
ma gue, apalagi temen-temen cewek gue yang muslim."
Hoski dan Edgar serius
mendengarkan ucapanku, kelasku yang berada di tingkat dua terasa sangat senyap,
jadi hanya suara pelanku saja yang terdengar.
"Gue ngerasa
mereka seharusnya mempunyai seorang yang dikagumi like Rosululloh SAW, bukan gue, gue bukan siapa-siapa bro
dibandingkan beliau. Malu rasanya kalau gue disamakan dengan beliau yang
hidupnya tanpa cacat, sempurna."
Aku dan Edgar tersenyum
melihat Hoski mangut-mangut ngerti
"Well, itu alasan gue teman, kenapa gue
tak nyaman dengan status beken ini, gue nggak pantas sedikitpun untuk itu"
“Gue muslim, dan gue ingin
menjadi the real muslim!"
Suasana kelas menjadi
tambah senyap. Hoski melempar-lempar pelan kado kecil yang ada di dekatnya.
"Hemmmph, pasti fans-fans lo tambah menggilai lo Rul,
kalo ngerti lo sebijak ini hehehe."
Hoski memecahkan
kesunyian dengan tawa kambingnya yg terdengar menyebalkan. Edgar terlihat gemas
kepada anak Tana Toraja itu, bogem pelan mendarat di bahu Hoski
"Adow!" si
Hoski mengaduh sambil komat-kamit tak jelas tanda sebal kepada Edgar.
"Dasar bocah
tengil, gue kira lo ngerti si Safrul bicara panjang kali lebar gitu jelasin
semuanya."
Hoski tak mau kalah
dengan Edgar.
"Yeee, Doraemon, siape
bilang gue nggak paham, gue sangat amat paham sekali dengan penjelesan Safrul Khan
kita ini, gue malah salut sama ni manusia yang tahan godaan!"
Aku menyela Hoski yg
mulai kumat berkicau-kicau.
"Tepatnya berusaha
menahan godaan bro...."
"Ya whateverlah apapun itu, intinya Sob, gue
terharu punya temen gigih pendirianya kaya lo!" Hoski mulai lebay.
Si Edgar merengut sebal
karena disebut Doraemon oleh Hoski, diapun hanya ngomel-ngomel dalam hati.
"Oke-oke I'm a big boy, yeah emang aku bulet kaya
Doraemon so what, Doraemon juga lucu,
imut, haaa.. gak ada salahnya kan?!"
Aku tertawa geli
melihat tingkah duo sohibku yang super heboh ini, apa lagi melihat si Edgar yang
sepertinya sedang berbicara sendiri di dalam hati, dasar aneh.
"Ahaaa, gue punya
ide, gimana kalo ni hadiah kita bagi bertiga!"
Wajah Hoski dan Edgar
langsung sumringah, senyum lebarpun
mengembang di kedua bibir mereka. Hoski malah berlebihan
sampai unjuk gigi segala, saat ku katakan akan membagi hadiah-hadiah ini, dasar
Hoski si senyum kambing.
"Wuaaah mau, mau,
mauuuu!"
Si Hoski dan Egdar
mulai heboh memilah-milih hadiah yang ada dimeja ini.
Akhirnya siang itu aku
memutuskan membagi semua hadiah-hadiah itu kepada sahabatku Hoski dan Edgar. Setiap
dari kami mendapatkan sepuluh hadiah. Gelak tawa memenuhi kelas walau hanya ada
kami bertiga. Heemmmph, aku berbisik dalam hati. Aku Muhammad Safrul Sulkhan
tak pantas didambakan seperti engkau ya Rosul, aku tak pantas.
-Selesai-
*Cerpen ini adalah cerpen awal ketika saya berkuliah di UGM, terlihat bukan dari ceritanya, tentang masa-masa sekolah di SMA hahaha. Tokoh-tokoh yang saya ambil terinspirasi dari teman saya sendiri bahkan teman adik laki-laki saya Brian, dan beberapa tetangga dekat rumah. Oh ya, Ibu kantin yang bernama Bu Jum juga terinspirasi dari Ibu kantin di SMA 1 Magelang ^^
Asa G. Lizadi
Yogyakarta, 18 Juni 2009
hoalah, pantesan.. ketawa geli aku waktu nama Bu Jum keluar, hihihi.. ^^
BalasHapustapi kok Asa tahu Bu Jum?
Mhihihi, tau dong aku kan pernah jajan di sana juga. Kan, banyak temen SMA 1 yang akhwat, jadi sering diceritain tentang Bu Jum juga hehehe. Jadi teringat Bu Jum ya bang xD
Hapusiya, kl lagi libur dan maen ke SMANSA aku mesti sempetin jajan di kantin. Terkadang bisa begitu takjub bahwa cukup dengan 10-an ribu rupiah itu udah bisa jajan banyak, kenyang dan ga habis-habis duitnya,hahaha.. =D
HapusHaha iya ya di sekitar UI jajannya mahal-mahal ya? Kalau di Jogja sih masih standar, jadi sepuluh ribu itu masih bisalah jajan banyak tapi ya nggak sebanyak pas kita SMA hahaha :D
Hapushe'em, agak lumayan kalo di dalam kampus. Kalo di luar kampus ya warteg, warkop atau minimart yang jadi tempat berlabuh, hihihi..
HapusTapi kalo dipikir-pikir, SMA tu emang masa jaya buat jajan. Pagi sarapan di rumah, istirahat bisa "investasi" di kantin sekolah, siang atau sore udah menyapa masakan Bunda dengan bumbu cinta.. ^^